Oh, Ternyata Chocolicious Sponsor Felix Siauw eks-HTI, Pantas Inkonsisten
Infoteratas.com - Sebenarnya tidak ada yang dipermasalahkan dengan penolakan penulisan selamat Natal dari pihak Chocolicious, karena ia berbicara mengenai menjalankan prinsip agama. Tidak ada yang mempermasalahkan juga mengenai praktik penolakan yang dilakukan oleh pihak toko roti yang ada di Makassar.
Sebenarnya tidak ada yang bermasalah seluruh hal ini. Namun ada hal esensial yang terlewatkan dari Chocolicious ini, sehingga toko ini dibully habis-habisan oleh para netizen. Apa hal yang terlewatkan?
Tiga outletnya ada di Jl. AP. Pettarani no. 40E - seberang Yamaha, samping Indomaret Pettarani, Mall Ratu Indah (Depan Heroes), dan Mall Trans Studio (Depan Wendy’s).
Inkonsistensi
Yup, inkonsistensi sangat dibutuhkan oleh seseorang dalam menjalankan aqidah sebagai pemeluk agama. Mengapa inkonsisten? Setidaknya ada beberapa alasan yang bisa saya temukan setelah berkutat agak lama dalam sosial media, mencari tahu apa alasan di balik hal tersebut.
Inkonsistensi Pertama
Chocolicious pernah memposting mengenai ucapan hari kasih sayang. Jangankan pakai istilah hari kasih sayang, mereka malah mengutip salah satu nama orang suci, yakni Santo Valentino. Happy Valentine. Hari Valentine yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari, banyak dianggap sebagai sebuah perayaan hari kasih sayang.
Tahukah mereka bahwa asal usul namanya diambil dari sejarah Katolik? Orang suci, atau yang disebut Santo Valentin adalah seorang pemuka agama pada saat kekaisaran Romawi. Ia membantu orang-orang Kristen yang dianiaya.
Sebenarnya 14 Februari itu adalah hari dimana Santo Valentino dipenggal, karena ketahuan menikahkan orang diam-diam, yang pada saat itu dianggap sebagai suatu praktek asusila. Acara ini identik dengan bunga, coklat, kartu, bahkan dewa cinta yang tidak berpakaian, beranak panah bernama Cupid. Cokelat menjadi salah satu simbol dari perayaan Valentin, tepat dengan apa yang menjadi usaha Chocolicious.
Cokelat dianggap sebagai sebuah makanan yang menenangkan, membangkitkan gairah, dan cukup terjangkau pada saat ini. Jadi inkonsistensi pertama sudah sangat jelas, bahwa Chocolicious pernah membagi-bagikan kue Valentin.
Inkonsistensi Kedua
Chocolicious adalah kata serapan dari bahasa Inggris, bahasa yang diturunkan dari orang Jerman. Bahasa ini berkembang sudah lebih dari 1400 tahun. Bentuk dialek pertama dari Inggris adalah Anglo-Frisian yang dibawa ke tanah Inggris melalui suku bernama Anglo-Saxon. Inggris modern pun mulai berkembang, karena percetakan London yang mencetak buku.
Buku yang dicetak bukan buku biasa, melainkan buku Alkitab yang diterjemahkan oleh Raja James, dikenal dengan King James Version Bible. Inggris saat ini menjadi bahasa dunia yang dipakai di seluruh dunia. Bahasa internasional ini berkembang terus, sebagai bahasa sehari-hari.
Bahkan di Indonesia pun, setidaknya anak sekolah sedari SD sudah mendapatkan pelajaran bahasa Inggris. Jadi jika ingin konsisten, jangan gunakan bahasa yang dibawa oleh Kekristenan. Sederhana bukan? Jangan gunakan bahasa Inggris untuk namamu, mungkin bisa ganti nama jadi yang lain.
Inkonsistensi Ketiga
Tidak ada pemberitahuan sebelumnya, mengenai pelayanan ini, menjadikan banyak orang bertanya-tanya dan malah membully. Jika Chocolicious adalah toko yang mengedepankan visi agama, tentu mereka harus juga menjadi yang terdepan dalam memberikan informasi.
Jika tunggu ditanya baru jawab, itu artinya Anda ingin mencari-cari masalah. Viralnya hal ini, saya yakin membuat pergerakan toko ini tidak sebebas sebelumnya. Sebaiknya katakan saja di awal bahwa “Kami tidak menerima ucapan Natal”, atau apapun.
Dengan pemberitahuan di awal, tentu akan menjadi lebih jelas lagi, bahwa toko ini sebaiknya tidak perlu ada di Indonesia. Mengapa? Karena Indonesia menjamin setiap orang bebas beragama, bebas berekspresi. Atau jika ingin di Indonesia, berikan penjelasan di awal bahwa “Only Moslem”, atau apapun yang memperjelas identitas Anda di Indonesia.
Kami pun tidak akan ganggu hal ini, karena kami sebagai orang beragama, membebaskan kalian yang ingin menjalankan aqidah. Anda sebenarnya tidak salah, namun Anda tidak konsisten. Ini sangat disayangkan.
Chocolicious jadi Sponsor Felix Siauw
Kecurigaan mulai menyeruak, ketika ternyata toko ini menjadi sponsor acara Felix Siauw, eks-HTI, yang merupakan ormas terlarang di Indonesia. Kita tahu bagaimana inkonsistensi Felix selama ini. pada tahun 2012, ia mempertanyakan prinsip membela Pancasila dan NKRI. Sedangkan sekarang, ia mulai tidak konsisten dan berkoar-koar membela NKRI. Ini benar-benar inkonsisten.
Jadi saya masih berkesimpulan bahwa kalimat-kalimat Felix saat ini yang berkoar-koar membela NKRI adalah kalimat yang belum terbukti. Apalagi dengan didukung oleh Chocolicious, saya makin yakin bahwa Felix belum benar-benar mengakui NKRI dan Pancasila sebagai azas tunggal.
Betul kan yang saya katakan?
Seword.com
from Infoteratas http://ift.tt/2C2hZhV
Sebenarnya tidak ada yang bermasalah seluruh hal ini. Namun ada hal esensial yang terlewatkan dari Chocolicious ini, sehingga toko ini dibully habis-habisan oleh para netizen. Apa hal yang terlewatkan?
Tiga outletnya ada di Jl. AP. Pettarani no. 40E - seberang Yamaha, samping Indomaret Pettarani, Mall Ratu Indah (Depan Heroes), dan Mall Trans Studio (Depan Wendy’s).
Inkonsistensi
Yup, inkonsistensi sangat dibutuhkan oleh seseorang dalam menjalankan aqidah sebagai pemeluk agama. Mengapa inkonsisten? Setidaknya ada beberapa alasan yang bisa saya temukan setelah berkutat agak lama dalam sosial media, mencari tahu apa alasan di balik hal tersebut.
Inkonsistensi Pertama
Chocolicious pernah memposting mengenai ucapan hari kasih sayang. Jangankan pakai istilah hari kasih sayang, mereka malah mengutip salah satu nama orang suci, yakni Santo Valentino. Happy Valentine. Hari Valentine yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari, banyak dianggap sebagai sebuah perayaan hari kasih sayang.
Tahukah mereka bahwa asal usul namanya diambil dari sejarah Katolik? Orang suci, atau yang disebut Santo Valentin adalah seorang pemuka agama pada saat kekaisaran Romawi. Ia membantu orang-orang Kristen yang dianiaya.
Sebenarnya 14 Februari itu adalah hari dimana Santo Valentino dipenggal, karena ketahuan menikahkan orang diam-diam, yang pada saat itu dianggap sebagai suatu praktek asusila. Acara ini identik dengan bunga, coklat, kartu, bahkan dewa cinta yang tidak berpakaian, beranak panah bernama Cupid. Cokelat menjadi salah satu simbol dari perayaan Valentin, tepat dengan apa yang menjadi usaha Chocolicious.
Cokelat dianggap sebagai sebuah makanan yang menenangkan, membangkitkan gairah, dan cukup terjangkau pada saat ini. Jadi inkonsistensi pertama sudah sangat jelas, bahwa Chocolicious pernah membagi-bagikan kue Valentin.
Inkonsistensi Kedua
Chocolicious adalah kata serapan dari bahasa Inggris, bahasa yang diturunkan dari orang Jerman. Bahasa ini berkembang sudah lebih dari 1400 tahun. Bentuk dialek pertama dari Inggris adalah Anglo-Frisian yang dibawa ke tanah Inggris melalui suku bernama Anglo-Saxon. Inggris modern pun mulai berkembang, karena percetakan London yang mencetak buku.
Buku yang dicetak bukan buku biasa, melainkan buku Alkitab yang diterjemahkan oleh Raja James, dikenal dengan King James Version Bible. Inggris saat ini menjadi bahasa dunia yang dipakai di seluruh dunia. Bahasa internasional ini berkembang terus, sebagai bahasa sehari-hari.
Bahkan di Indonesia pun, setidaknya anak sekolah sedari SD sudah mendapatkan pelajaran bahasa Inggris. Jadi jika ingin konsisten, jangan gunakan bahasa yang dibawa oleh Kekristenan. Sederhana bukan? Jangan gunakan bahasa Inggris untuk namamu, mungkin bisa ganti nama jadi yang lain.
Inkonsistensi Ketiga
Tidak ada pemberitahuan sebelumnya, mengenai pelayanan ini, menjadikan banyak orang bertanya-tanya dan malah membully. Jika Chocolicious adalah toko yang mengedepankan visi agama, tentu mereka harus juga menjadi yang terdepan dalam memberikan informasi.
Jika tunggu ditanya baru jawab, itu artinya Anda ingin mencari-cari masalah. Viralnya hal ini, saya yakin membuat pergerakan toko ini tidak sebebas sebelumnya. Sebaiknya katakan saja di awal bahwa “Kami tidak menerima ucapan Natal”, atau apapun.
Dengan pemberitahuan di awal, tentu akan menjadi lebih jelas lagi, bahwa toko ini sebaiknya tidak perlu ada di Indonesia. Mengapa? Karena Indonesia menjamin setiap orang bebas beragama, bebas berekspresi. Atau jika ingin di Indonesia, berikan penjelasan di awal bahwa “Only Moslem”, atau apapun yang memperjelas identitas Anda di Indonesia.
Kami pun tidak akan ganggu hal ini, karena kami sebagai orang beragama, membebaskan kalian yang ingin menjalankan aqidah. Anda sebenarnya tidak salah, namun Anda tidak konsisten. Ini sangat disayangkan.
Chocolicious jadi Sponsor Felix Siauw
Kecurigaan mulai menyeruak, ketika ternyata toko ini menjadi sponsor acara Felix Siauw, eks-HTI, yang merupakan ormas terlarang di Indonesia. Kita tahu bagaimana inkonsistensi Felix selama ini. pada tahun 2012, ia mempertanyakan prinsip membela Pancasila dan NKRI. Sedangkan sekarang, ia mulai tidak konsisten dan berkoar-koar membela NKRI. Ini benar-benar inkonsisten.
Jadi saya masih berkesimpulan bahwa kalimat-kalimat Felix saat ini yang berkoar-koar membela NKRI adalah kalimat yang belum terbukti. Apalagi dengan didukung oleh Chocolicious, saya makin yakin bahwa Felix belum benar-benar mengakui NKRI dan Pancasila sebagai azas tunggal.
Betul kan yang saya katakan?
Seword.com
from Infoteratas http://ift.tt/2C2hZhV
0 Response to "Oh, Ternyata Chocolicious Sponsor Felix Siauw eks-HTI, Pantas Inkonsisten"
Post a Comment