MENGENAL PROFESI PUSTAKAWAN: Refleksi Hari Pustakawan Indonesia

Penulis : Hesthiyono S Adhi
Kamis 06 Juli 2017

PROBOLINGGO,KraksaaanOnline.com - Mungkin tidak banyak yang mengetahui kalau tanggal 6 Juli adalah Hari Lahir Pustakawan Indonesia. Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) didirikan pada 6 Juli 1973, dalam Kongres Pustakawan Indonesia di Ciawi, Bogor. Sehingga usia IPI saat ini adalah 44 tahun, usia yang sudah mencapai kematangan sebagai sebuah organisasi.

Pustakawan merupakan salah satu sumber daya yang menggerakkan sumber daya lain dalam organisasi perpustakaan yang memungkinkan perpustakaan dapat berperan secara optimal didalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, sehingga pustakawan menjadi ujung tombak keberhasilan dalam penyebarluasan informasi di perpustakaan. 

Dalam UU No 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan dikatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan / atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

Fenomena saat ini adalah pustakawan tidak hanya bertugas sebatas menyusun dan mendata buku. Pustakawan juga harus mampu menerapkan suasana senyaman mungkin, bukan hanya dari segi fasilitas serta kelengkapan buku, namun memperlakukan pengunjung perpustakaan/pemustaka dan khususnya anggota perpustakaan sebagai aset penting perpustakaan untuk meningkatkan kemajuan perpustakaan. 

Terlebih pustakawan Perpustakaan Umum, dituntut untuk membuat gebrakan yang solid dan komitmen bersama untuk mengolala perpustakaan secara kreatif dan inovatif dengan tetap mengedepankan kebersamaan. Pustakawan harus kreatif mengembangkan berbagai akitifitas dan kratifitas baru demi mengembangkan perpustakaan,

Gebrakan itu adalah dengan membuat sebuah Perpustakaan berbasis komunitas yang sedikit memiliki perbedaan dengan perpustakaan konvensional. Perpustakaan konvensional hanyalah sekedar tempat untuk membaca dan meminjamkan buku saja. Pustakawan sekedar duduk manis menunggu kedatangan pemustaka tanpa berusaha bagaimana pemustaka bisa nyaman berada di perpustakaan dan bergiatan didalamnya.  

Perpustakaan berbasis komunitas berusaha keluar dari dogma konvensional ini dengan melakukan promosi kegiatan yang kreatif, inovatif, dan berkelanjutan melalui berbagai macam kegiatan pelatihan, workshop, seminar, lomba dan layanan berbasis teknologi informasi. Sehingga perpustakaan mampu menjelma menjadi pusat literasi informasi masyarakat. Perpustakaan berbasis komunitas diharapkan sanggup menyatukan ilmu pengetahuan yang tersedia di dalam buku teks/cetak dengan informasi yang ada di dunia maya.

Gebrakan baru ini mendapat respon positif dari PT. Telkom Indonesia yang dengan kerelaannya bersedia bekerjasama dengan Perpusda Kabupaten Probolinggo membangun sebuah Learning Center Perpustakaan (LCP) yang memusatkan kegiatannya berupa pemberian pelatihan bagi masyarakat khususnya wirausaha untuk memasarkan produknya melalui jasa toko onlinenya.

PT. Telkom membantu 2 unit komputer untuk  LCP di Perpusda dan juga melengkapi fasilitasnya dengan 2 jalur akses internet Telkom indieHome dengan kecepatan akses masing-masing 10 Mbps serta menyuguhkan layanan Wifi Corner di halaman Perpusda dengan koneksi internet hingga 100 Mbps. Fasilitas lain yang disediakan oleh PT. Telkom konten digital PaDi (Pustaka Digital) yang berisi tak kurang 5.000 judul buku digital.

Selain untuk keperluan pelatihan teknologi informasi, akses internet indieHome juga digunakan untuk free hotspot/wifi area di ruang layanan perpustakaan maupun di halaman Perpusda. 

Setiap hari masyarakat terutama kalangan pelajar dan mahasiswa asyik berselancar menikmati informasi dari dunia maya tanpa melupakan informasi yang tersedia di buku yang sabar menunggu untuk meminta dibaca. Perpustakaan saat ini merupakan tempat nongkrong dan ngobrol yang asyik bagi pelajar dan mahasiswa.

Perusahaan-perusahaan besar di wilayah Kabupaten Probolinggo juga sudah mulai melirik Perpusda untuk dijadikan sebagai mitra kerjasama sosial mereka. Diantaranya PT. YTL Jawa Power Paiton dan PT. IPMOMI Paiton Energy yang telah memberikan komitmennya dalam menunjang kegiatan di Perpusda dengan memberikan bantuan masing-masing 10 unit komputer.

Sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, tak lupa juga kontribusi dari STT Nurul Jadid Paiton kepada Perpustakaan Umum dalam bentuk pembuatan aplikasi perpustakaan berbasis android yang dinamakan GO-LIB, yang beberapa waktu yang lalu sudah dilaunching. Dan kami yakin bahwa komitmen tersebut akan diikuti oleh pihak-pihak swasta atau stakeholder yang lain.

Untuk itu, melalui momen Hari Lahir Pustakawan Indonesia inilah diharapkan sinergitas antar stakeholder masyarakat di Kabupaten Probolinggo, baik individu, komunitas, swasta, maupun pemerintah dalam mengembangakan Perpustakaan Umum Dispersip Kabupaten Probolinggo akan semakin erat terjalin. Untuk satu tujuan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Ayo, Meraih Sukses Bersama Perpusda!

#dispersipkabprobolinggo
#ayokeperpustakaan
#perpuseru
#UntukHidupLebihBaik
#PengetahuanItuKekuatan


from Berita Anyaran http://ift.tt/2tSab0e

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MENGENAL PROFESI PUSTAKAWAN: Refleksi Hari Pustakawan Indonesia"

Post a Comment