Harga Cabai Rawit Setan Merosot Saat Panen, Petani di Jepon Mengeluh
Cabai rawit setan segar baru saja dipetik dari lahan sawah Desa Kemiri Kecamatan Jepon, kemarin. (foto: dok-ib) |
Wasito, salah satu petani yang ditemui sedang memanen cabai merah setan di lahan sawah dekat Embung Desa Kemiri, Rabu (6/9/2017) kemarin, mengaku saat panen kali ini harga di pasaran hanya Rp 10 ribu per kilogram. Padahal harganya pernah sampai Rp 50 ribu per kilogram.
"Susah ini mas, di pasaran cabainya hanya laku Rp 10 ribu per kilogram. Gak cucuk sama ongkos penanaman dan perawatannya," ujar Wasito.
Sutapsin sedang memetik cabai rawit setan di lahan yang digarapnya. (foto: dok-ib) |
"Ini sudah petik petiga, tapi harganya tak bagus. Di pasar lakunya sekitar Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu per kilogramnya. Petani susah kalau begini mas," ujarnya singkat.
Suwarjo sedang menunjukkan cabai hasil panennya. (foto: dok-ib) |
Begitu juga dengan Muhammad Asnawi, pria paruh baya yang sedang memanen cabai rawit setan di lahan garapannya itu berharap harga bisa segera naik. Pasalnya cabai yang ditanamnya sejak akhir Mei lalu kini mulai memasuki musim panen, dan bisa dipanen hingga 10 kali petik.
"Sebenarnya cabai ini ditujukan untuk pengiriman ke Pabrik Indofood, namun karena pabriknya belum membuka pengiriman cabai jadi terpaksa kita jual ke pasaran dulu. Harga pabrik Rp 13 ribu per kilogram, kalau di pasaran ini Rp 10 ribu per kilogram. Masih rendah untuk petani," ungkap Asnawi.
Petani lainnya, Sutapsin dan Suwarjo mengatakan bahwa cabai rawit setan ini memang lebih cocok untuk konsumsi pabrikan. Karena ukurannya yang relatif lebih besar dan rasanya lebih pedas, jarang diminati untuk konsumsi rumah tangga. Mereka berharap cabai rawit setan bisa segera dikirim ke pabrik dengan harga yang bagus.
Dalam satu kali panen atau petik, di lahan seluas sekitar 2 hektar tersebut rata-rata menghasilkan cabai rawit setan sebanyak 5 kwintal. (res-infoblora)
from Berita Anyaran http://ift.tt/2f5LOny
0 Response to "Harga Cabai Rawit Setan Merosot Saat Panen, Petani di Jepon Mengeluh"
Post a Comment