Banteng Wulung, Sang Penanduk Saham di Jalan Sudirman
Banteng Wulung, Sang Penanduk Saham di Jalan Sudirman
Jakarta - Warga DKI Jakarta kembali mendapat monumen baru. Sebuah patung banteng yang berdiri gagah di pelataran Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), yang berada tepat di pinggir Jalan Jenderal Sudirman.
Patung yang diberi nama Banteng Wulung tersebut terbuat dari fosil kayu seberat 7 ton. Setelah diteliti oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), ternyata bahan fosil kayu yang ditemukan di wilayah Banten itu telah berusia 2,5-5,6 juta tahun.Patung banteng berwarna hitam pekat ini, dipahat oleh seniman ternama asal Bali bernama I Made Budiarsa.
Bagi masyarakat awam mungkin bertanya-tanya, kenapa harus banteng? Apakah ada hubungannya dengan sebuah partai?
Arti banteng sendiri sebenarnya sudah sangat akrab di kuping para pelaku pasar modal. Biasanya penguatan sebuah harga saham disebut dengan bullish. Sebab grafik penguatan harga saham disamakan dengan banteng ketika sedang menanduk selalu menghadap ke atas.
Sementara untuk menyebut pelemahan sebuah harga saham disebut bearish. Hal itu lantaran beruang yang selalu menunduk ketika mencari makan. Oleh karena itu biasanya monumen pasar modal di seluruh dunia berbentuk banteng, dengan harapan indeks sahamnya terus menguat.
Meski begitu, menurut Direktur Utama BEI, Tito Sulistio, Banteng Wulung di Indonesia berbeda dengan patung banteng bursa saham negara lainnya di dunia. Selain patungnya yang berbahan fosil kayu asli Indonesia dan dibuat oleh orang Indonesia, nama patung ini juga diadopsi dari cerita rakyat terkenal di tanah Pasundan.
Dalam cerita itu bateng Wulung digambarkan sebagai banteng perkasa yang mampu menjaga kerajaan Pasundan. Sama dengan cerita itu, Tito berharap pasar modal bisa ikut menjaga kestabilan perekonomian Indonesia.
"Ini terbuat dari kayu yang memfosil, kalau di negara lain terbuat dari perunggu. Lalu kita dibuat oleh pematung asal Bali. Kalau Charging Bull di AS dibuat oleh pematung asal Italia. Ini asli Indonesia, kayunya, pemahatnya, dan bantengnya. Jadi ini kebudayaan dan ini menjadi ikon bisa pariwisata Jakarta lainnya," kata Tito dalam, acara peresmian Banteng Wulung, kemarin pagi (13/8/2017).
Patung ini sebenarnya sudah didatangkan dari Bali ke Jakarta sejak 27 Juli 2017 lalu. Namun sesampainya di teras gedung BEI, patung tersebut ditutupi dinding triplek sebab masih dalam tahapan finishing.
Barulah kemarin Banteng Wulung diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution dan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, yang menggantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), lantaran berhalangan hadir.
Warga Jakarta yang biasa melintas kini terobati penasarannya setelah melihat bentuk asli dari Banteng Wulung. Bahkan patung tersebut menjadi sasaran selfie oleh banyak warga Jakarta yang tengah berolah raga saat Car Free Day (CFD) kemarin.
Darmin berharap, pasar modal Indonesia yang juga tengah memperingati diaktifkannya kembali pasar modal ke-40 tahun, bisa semakin berkembang dan merangkul masyarakat pedesaan.
Sementara Sri Mulyani berharap pemuda-pemuda di pedesaan bisa mengenal tentang investasi di pasar modal. Sebab dia percaya dengan dikucurkannya dana desa tahun Rp 60 triliun bisa menggerakan roda perekonomian di desa, sehingga kesejahteraan masyarakatnya bisa meningkat dan mampu berinvestasi di pasar modal.
from Berita Online Terbaru http://ift.tt/2vAtlXk
0 Response to "Banteng Wulung, Sang Penanduk Saham di Jalan Sudirman"
Post a Comment