Pengakuan Tersangka Sindikat Saracen Soal FPI Sampai Soal Jasmev
Foto: MFT ( tengah )
Nama Saracen mendadak ramai disebut sebagai produsen konten kebencian dan hoax di media sosial. Jumlah anggotanya, konon, mencapai ratusan ribu akun.
MFT alias Faisal, lulusan Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, yang kini jadi pegawai paruh waktu untuk produk design industry, juga ikut diciduk gara-gara ikut kelompok Saracen.
“Saracen ini kan memang sudah lama. Mereka aktif melemparkan isu-isu, ya, pasti saya tanggapi. Saya tidak tahu siapa pendirinya karena saya hanya komunikasi lewat medsos,” ujar Faisal saat berbincang dengan detikX di salah satu ruangan di Bareskrim Mabes Polri.
Menurut Faisal, Saracen gencar membuat opini dan melempar isu untuk melawan Jokowi Advanced Social Media Volunteers alias Jasmev, yang mereka anggap sangat frontal menjatuhkan orang yang berbeda pendapat.
Faisal mengakui berseberangan dengan Jokowi dan para pendukungnya sejak Pilpres 2014 sekalipun sebelumnya dia mengaku sebagai salah satu pendukung Jusuf Kalla, yang tergabung dalam Jenggala Center. “Saya keluar karena Pak JK mau jadi wapres Jokowi. Padahal sebelumnya JK kan bilang, hancur Indonesia kalau Jokowi jadi presiden,” kata Faisal.
Sejak itulah dia sering mengkritik pemerintahan Jokowi-JK lewat akun medsosnya, terutama Facebook. Dia juga membuat sendiri meme di akun Facebook pribadinya menggunakan aplikasi Pictart yang ada di ponsel karena dia tidak pernah menggunakan laptop saat beraktivitas di medsos.
Karena aktivitasnya di medsos, Faisal mengakui pernah diajak bergabung dengan Jasmev, yang menjadi “benteng” Jokowi dalam menampilkan kinerja serta meng-counter “haters”. Namun Faisal menolak ajakan itu dan belakangan malah bersinggungan dengan Saracen setelah diajak Jasriadi lewat Facebook, yang juga mendekam di ruang tahanan Bareskrim Mabes Polri.
“Saya ditawari masuk Saracen. Tapi visinya nggak jelas. Jadi orang kadang menganggap saya anggota FPI (Front Pembela Islam), HTI (Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), atau pengikut partai tertentu, terserahlah,” kata Faisal.
Namun, pengakuan Faisal itu dibantah keras oleh Koordinator Jasmev, Kartika Djoemadi. Menurutnya, rekruitmen anggota Jasmev tidak sembarangan. Setiap relawan yang akan bergabung dengan Jasmev dipantau lebih dahulu seluruh aktivitasnya di medsos. Relawan juga harus menggunakan akun dengan identitas asli.
"Faisal bukan anggota Jasmev. Dan Jasmev tidak pernah menawarkan dia untuk jadi anggota Jasmev, karena yang mendaftar tapi tidak memakai identitas asli pasti tidak akan di-approve," begitu kata Kartika kepada detikX.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Jenggala Center, Iskandar Mandji membenarkan Faisal pernah direkrut oleh Jenggala Center sebagai tim IT. Namun, Faisal bukan keluar karena perbedaan pandangan mengenai langkah politik JK, melainkan diberhentikan karena kerjanya tidak efektif. Selain itu, Jenggala Center sedang melakukan efisiensi lembaga.
"Oh bohong itu (keluar karena JK jadi wapres Jokowi). Tidak ada hubungannya. Karena kita belum tahu Pak JK jadi calon wapres Jokowi pada 2013 itu. Tanda-tanda saja belum," ujar Iskandar saat dikonfirmasi detikX.
Adapun sosok Sri Rahayu dalam berbagai statusnya kerap mengunggah keburukan dan kebohongan pemerintah Jokowi. Secara terang-terangan, ia mengidolakan Prabowo Subianto, rival Jokowi pada saat pemilihan presiden 2014 lalu.
Meski hanya sering berbincang via medsos, beberapa kali anggota Saracen sempat kopi darat, di antaranya di aksi Bela Islam 4 November 2016 (aksi 411) serta 2 Desember 2016 (aksi 212), untuk menuntut dihukumnya Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama, dalam kasus penodaan agama. Dalam pertemuan tersebut, mereka menamakan diri Komando Barisan Rakyat (Kobar).
Selain itu, mereka pernah bertemu dalam acara silaturahmi akbar di Masjid Al-Husna di Jakarta Utara. Di situ berkumpul ratusan netizen yang punya pandangan sama dengan Saracen dari berbagai daerah. “Awal pergerakan itu muncul dari Jakarta Utara, yang dipicu kasus reklamasi. Dari situ ramai gerakan itu,” tuturnya.
Jasmev tidak pernah menawarkan dia untuk jadi anggota Jasmev, karena yang mendaftar tapi tidak memakai identitas asli pasti tidak akan di-approve."(*)
from Infoteratas http://ift.tt/2iQXlvp
Namun, pengakuan Faisal itu dibantah keras oleh Koordinator Jasmev, Kartika Djoemadi. Menurutnya, rekruitmen anggota Jasmev tidak sembarangan. Setiap relawan yang akan bergabung dengan Jasmev dipantau lebih dahulu seluruh aktivitasnya di medsos. Relawan juga harus menggunakan akun dengan identitas asli.
"Faisal bukan anggota Jasmev. Dan Jasmev tidak pernah menawarkan dia untuk jadi anggota Jasmev, karena yang mendaftar tapi tidak memakai identitas asli pasti tidak akan di-approve," begitu kata Kartika kepada detikX.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Jenggala Center, Iskandar Mandji membenarkan Faisal pernah direkrut oleh Jenggala Center sebagai tim IT. Namun, Faisal bukan keluar karena perbedaan pandangan mengenai langkah politik JK, melainkan diberhentikan karena kerjanya tidak efektif. Selain itu, Jenggala Center sedang melakukan efisiensi lembaga.
"Oh bohong itu (keluar karena JK jadi wapres Jokowi). Tidak ada hubungannya. Karena kita belum tahu Pak JK jadi calon wapres Jokowi pada 2013 itu. Tanda-tanda saja belum," ujar Iskandar saat dikonfirmasi detikX.
Adapun sosok Sri Rahayu dalam berbagai statusnya kerap mengunggah keburukan dan kebohongan pemerintah Jokowi. Secara terang-terangan, ia mengidolakan Prabowo Subianto, rival Jokowi pada saat pemilihan presiden 2014 lalu.
Meski hanya sering berbincang via medsos, beberapa kali anggota Saracen sempat kopi darat, di antaranya di aksi Bela Islam 4 November 2016 (aksi 411) serta 2 Desember 2016 (aksi 212), untuk menuntut dihukumnya Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama, dalam kasus penodaan agama. Dalam pertemuan tersebut, mereka menamakan diri Komando Barisan Rakyat (Kobar).
Selain itu, mereka pernah bertemu dalam acara silaturahmi akbar di Masjid Al-Husna di Jakarta Utara. Di situ berkumpul ratusan netizen yang punya pandangan sama dengan Saracen dari berbagai daerah. “Awal pergerakan itu muncul dari Jakarta Utara, yang dipicu kasus reklamasi. Dari situ ramai gerakan itu,” tuturnya.
Jasmev tidak pernah menawarkan dia untuk jadi anggota Jasmev, karena yang mendaftar tapi tidak memakai identitas asli pasti tidak akan di-approve."(*)
from Infoteratas http://ift.tt/2iQXlvp
0 Response to "Pengakuan Tersangka Sindikat Saracen Soal FPI Sampai Soal Jasmev"
Post a Comment