Sebuah Catatan Emas Tentang Misteri Tour First Travel


Infoteratas.com - FIRST TRAVEL
It's a Magical Mystery Tour

Maaf, saya pinjam judul album the Beatles untuk nulis ini. Mengikuti kisah seputar kasus First Travel mengingatkan saya pada perjalanan umroh bareng FT. Judul itu rasanya pas menggambarkan perjalanan saya bersama FT pada 2016. Ajaib dan penuh misteri. Kenapa begitu? Karena banyak hal misterius dan 'ajaib' atau lebih tepat dibilang absurd.

Semuanya berawal tanpa sengaja. Tahun 2014 seorang teman mengajak ikut umroh FT. Tergiur harga murah, saya pun mendaftar. Meski heran, kok bisa murah, terus terang saya nggak curiga. Soalnya banyak cerita tentang mereka yang puas ikut FT. 

Sistem yang ditawarkan dalam bahasa saya semacam inden. Booking sekarang, pergi tahun depan. Saat itu mah nggak terpikir yang namanya ponzi ponzian. Harga paket umroh 13,5 juta, murah ajaa.... bisa dicicil pula. Pertama kita cuma bayar 5 juta. Sisanya dilunasi mendekati waktu berangkat. Siapa yang nggak pengen? Pikiran saya sederhana, barangkali FT ngejar volume, jadi mereka cukup puas dapat margin tipis. Promosi getuk tular, sosmed, berperan memviralkannya. Apalagi umroh di masa kini jadi semacam alternatif sambil nunggu antrian pergi haji yang puaaanjaang itu.

Eits jangan salah, harga murah ini bukan cuma menggoda orang berkantong pas2an kayak saya. Di antara orang2 yang mati2an ngumpulin duit, ada juga mereka yang ikut bolak balik umroh bareng FT. 

Ada yang pergi bareng serombongan teman sepengajian, searisan, seprofesi (misal rombongan guru atau perusahaan). Pokoknya setiap kloter pasti rame. Saya sampai kaget ketika mengikuti manasik akbarnya di masjid Istiqlal, ramenya sudah seperti di masjidil haram. Jadi kalau ada dikatakan ada 62.000 korban FT yang gagal berangkat, saya nggak heran. Di tanah Arab pun nama FT sangat populer. Ke mana berjalan sepanjang rangkaian kegiatan umroh, kita pasti bertemu jemaah peserta FT.

Kembali ke judul awal. Kenapa saya bilang ini penuh misteri? Misteri pertama adalah soal harga. Setelah harga kesepakatan awal saya dikenai charge tambahan sebesar 1 juta. Buat apa? Entahlah saya lupa alasannya karena memang gak jelas juga informasinya. Saya bayar? Ya iyalah. Masa nggak? Ntar malah gak jadi berangkat dan uang yg 13,5 juta ilang. Yah anggap aja mungkin biaya penyesuaian harga. Toh jatuhnya masih lebih murah dibanding paket lainnya. Begitu kira2 pemaklumannya.

Kemudian muncul misteri kedua, yaitu soal jadual berangkat. Saya dan kawan saya Mbak Ita, menurut janji awal akan jalan sekitar Febr 2016. Sempat ditawarin untuk pergi lebih cepat (akhir th 2015) karena ada rombongan yang akan berangkat, tapi saya ogah. Kan penginnya sesuai rencana. Eh dilalah...Februari berlalu tanpa kepastian. Dari situ tanda2 ketidakberesan mulai tercium. 

Ketika mendaftar status saya single, pengangguran pula, karena saya baru resign kerja. Sehingga relatif fleksibel untuk urusan jadual keberangkatan. Nah, bayangkan betapa repotnya mbak Ita dan orang2 kantoran yg terikat waktu kerja. Memangnya gampang ngatur cuti? Belom lagi mengatur urusan rumah atau rencana2 lainnya. Soal jadual yang tidak menentu ini jelas saja bikin kesal. Kita kan mau berangkat umrah di Mekah, kok kaya mau jalan2 ke Ancol?

Maret, April berlalu, janji berikutnya berangkat Mei. Ini gila apa? Anehnya lagi, nggak ada pemberitahuan resmi dari FT. Jadi kami hanya bermodalkan wasapan dengan agen. Beberapa calon jemaah akhirnya mendatangi kantor FT di daerah Cimanggis. Tapi informasinya ngambang karena mereka juga tidak bertemu pemilik FT atau siapapun yg punya kuasa di situ. Mereka hanya dilayani petugas yang nggak tau apa2. 
Hingga pada suatu malam di bulan Mei kami dapat kabar akan berangkat keesokan harinya. 
Catet.... Cuma SEMALAM sebelum keberangkatan. EMEJING! Kebayang nggak jemaah yang berasal dari luar kota? Ada yang sudah bolak-balik ke Jakarta akibat ketidakpastian ini. Mood untuk pergi sudah berantakan. Tapi akhirnya bersikap pasrah dan berusaha menghibur diri dengan mantra: "mungkin ini ujian ibadah kita." Penuh pemakluman memang. Habis mau apa lagi, menuntut uang kembali pun mustahil.

Jadilah berbekal sepotong info dan rasa deg2an, kami pergi ke bandara Soeta. Perintahnya: nanti kumpul di lounge anu... Peserta bisa sarapan dulu. Faktanya, sarapan apa dan di mana? Wong restonya belum buka dan pengelolanya bilang tidak ada bookingan dari FT. Whaaaat???? Jadilah kita keleleran menunggu instruksi selanjutnya. Alhamdulillah, 'keajaiban' itu datang juga. Singkat cerita, kami akhirnya duduk juga di pesawat Saudi Air. 

Di sini saya mulai senang. Makanannya enak, saya mulai percaya, oh mungkin ini memang bagian dari ujian kesabaran. Yang penting kita berangkat. Lagi2 pemakluman dan pemaafan. Kadang2 saya denger celetukan, sabar...perbanyak istigfar. Namanya juga paket murah. Baeklaaah...

Selesai? Belum. Drama masih panjang. Sampai di Madinah kami kembali kebingungan. Informasi simpang siur. You know what, ternyata tidak ada petugas FT atau group leader yang ikut serta. Sebagai gantinya, ada jemaah2 tertentu yang entah bagaimana ceritanya, 'ditunjuk' menjadi informal leader. Ke mana dia bergerak kami pun mengikuti. Sementara si informal leader tadi berkoordinasi dengan pihak FT melalui ponsel. Itupun bukan dengan pihak FT langsung. Tetapi dengan para agen yang menjual paket. Perlu diketahui, pembelian paket umrah dilakukan melalui agen2 yang tersebar. Jadi kami tidak pernah berhubungan langsung dengan pihak manajemen FT. Di situlah permasalahannya. 

Setiap kali kami bertanya kepada agen, pada akhirnya agen hanya berkata: manajemen FT susah dihubungi. Loh kok bisaaaaaa???? Lagi-lagi kami hanya bisa bersabar dan dipaksa percaya, bahwa pastilah ada hikmah di balik semua ini. Okedeh...

Sialnya, kesimpangsiuran informasi dan kekacauan ini berlangsung konsisten. Mulai dari urusan tiket pesawat, proses imigrasi, hingga pembagian kamar. Mau marah? Bangeeeeet! Tapi selalu ada saja yang mengingatkan. Hey, kita sedang jadi tamu Allah, lho, banyak sabar dan istigfar. Atau... Maklum sajalah, namanya paket murah, yang penting kita beruntung sudah sampai di sini dan bisa ibadah... Well, well...emang bener sih, saking terlalu banyak misteri dan kejutan, saya lebih memilih diam dan berharap pada keajaiban2...jalani saja dengan lapang dada, ketimbang marah2 gak keruan dan ngabisin tenaga. Begitu sih prinsipnya.

Harus diakui, ibadah umroh rombongan kami cukup lancar. Mutowwib atau pendamping umrohnya sangat berpengalaman. Jadi tidak ada kesulitan yang berarti. Masalah baru muncul lagi di hari2 terakhir menjelang pulang. Mau tau kenapa? jadual kepulangan ternyata belum pasti, sodara sodara sekalian... 

Saya sampai nggak tau mesti nangis atau ketawa ngadepin itu semua. Mau marah...yaaaelah, kami kan baru aja kelar umroh, lagi merasa terlahir kembali...ehm.... Jangan heran kalo sesekali masih ada aja celetukan... Sabar, ujian belum selesai, kalo orang baru naek kelas, ujiannya emang berat....jadi saya tetap berusaha tabah, meski banyak lagi misteri2 berikutnya.

Saya tabah, ketika kemudian ternyata rombongan kami harus terpisah karena tidak beresnya urusan bookingan pesawat kembali ke tanah air. Mbak Ita mendapati 'keajaiban' karena dia termasuk dalam daftar orang yang punya tiket pesawat Garuda dari KL ke Jakarta. 

Sementara saya bersama sebagian rombongan menunggu nasib di bandara KL untuk nasib selanjutnya. Entah bagaimana pertimbangannya, mungkin biar irit, dari KL kami kemudian dibawa menuju Singapura dengan BUS! Baru dari Sing kita diterbangkan kembali ke Jakarta. Bayangkan betapa kasihannya kakek nenek, jemaah yang sakit, atau para ibu yang membawa tas yang sudah beranak pinak. Duh gusti, drama perjalanan seolah tidak ada akhirnya, sampai saya baru benar2 lega ketika akhirnya menginjakkan kaki di bandara Soeta.

Tak berlebihan rasanya kalo saya bilang ini adalah perjalanan yang sungguh penuh misteri. Dan dengan segala ketidakpastian yang melingkupi, pada akhirnya kita pun berharap akan 
datangnya 'keajaiban.

Pengalaman Ema Aliudin Sumber Fp: Dunia Perempuan Indonesia

from Infoteratas http://ift.tt/2fVbx5n

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Sebuah Catatan Emas Tentang Misteri Tour First Travel"

Post a Comment